Cari

Fakta dan Mitos Seputar Kesehatan Mata

Written By Unknown on Minggu, 02 Oktober 2011 | 19.54

Banyak mitos yang berkembang seputar kesehatan mata. Bagaimana
kebenarannya? Inilah penjelasan Dr Ricky Roroh, SpM dari Klinik Mata
Nusantara.
Mitos: Konsumsi wortel setiap hari akan membuat mata sehat, pandangan
jernih, dan mencegah rabun jauh.
Fakta: Wortel mengandung karoten yang bermanfaat untuk kesehatan mata.
Tapi sumber karoten tidak hanya wortel. Buah lain seperti pepaya dan mangga
juga mengandung karoten yang tinggi, bahkan buah merah dari Papua yang
sedang tren saat ini telah diteliti mengandung karoten yang jauh lebih tinggi dari
buah-buah lainnya. Jadi, meski wortel bermanfaat untuk kesehatan mata, tidak
perlu mengonsumsinya setiap hari. Sumber karoten bisa diselang-seling dengan
buah-buah lainnya dalam jumlah secukupnya.
Orang pun menganggap sayuran yang mengandung vitamin A ini berperan besar
dalam fungsi penglihatan manusia. Tapi sebenarnya vitamin A yang ada dalam
wortel lebih banyak berperan pada metabolisme sel-sel saraf yang ada di retina.
Jadi, banyak makan wortel pun tak dapat mencegah bertambahnya/mengurangi
jumlah minus/plus/ silinder lensa kacamata anak. Maksudnya, kalau pangkal
kesalahan terjadi pada sistem optik tentu vitamin A tidak bisa memperbaiki
keadaan tersebut. Sama dengan kamera yang lensanya sudah tidak fokus. Film
dengan merek apa pun yang dipakai tetap akan menghasilkan gambar buram.
Mitos: Membaca sambil tiduran menyebabkan rabun jauh.
Fakta: Mitos ini tidak benar. Seseorang yang sudah punya kecenderungan rabun
jauh, misalnya dalam keluarga hampir semua menderita rabun jauh, meski tidak
pernah membaca sambil tiduran, tetap saja berpotensi terkena rabun jauh. Yang
menjadi masalah dalam aktivitas ini adalah apabila jarak baca terlalu dekat.
Seperti diketahui membaca sambil tidur biasanya membuat jarak buku dengan
mata makin lama makin dekat sehingga mata dipaksa untuk terus fokus dalam
jarak yang tidak ideal. Tidak hanya sambil tiduran, membaca sambil duduk atau
berdiri sekalipun kalau jaraknya kurang dari 12 inci (sekitar 30 cm) membuat
mata cepat lelah sehingga dalam jangka panjang bisa menyebabkan gangguan
rabun jauh.
Mitos: Membaca dengan cahaya remang-remang menyebabkan rabun jauh.
Fakta: Membaca dalam ruang yang penerangannya kurang membuat mata
cepat lelah. Seperti laiknya melihat dalam gelap, mata harus berakomodasi
maksimal supaya obyek dapat terlihat. Saat membaca sebaiknya penerangan
dalam ruangan tersebut cukup, lebih baik lagi kalau cahaya datang dari arah
belakang anak. Tak hanya remang-remang, cahaya yang berlebihan pun sama
tak layaknya untuk kesehatan mata.
Mitos: Melihat laut/pemandangan hijau dapat menyembuhkan rabun jauh.
Fakta: Seperti otot-otot lainnya, otot mata pun butuh relaksasi. Sebagai
gambaran, seseorang yang duduk terlalu lama pinggangnya akan terasa pegalpegal.
Demikian halnya dengan mata. Kalau mata digunakan untuk melihat satu
fokus yang sama dalam waktu lama, misalnya membaca buku yang tebal, akan
terasa sangat lelah. Untuk itu disarankan melihat titik terjauh sebagai relaksasi
otot mata. Tidak harus melihat laut/pemandangan hijau, yang penting melihat titik
terjauh. Dan yang harus diingat, kegiatan ini bukan untuk menyembuhkan rabun
jauh melainkan sekadar sebagai relaksasi otot mata.
Mitos: Kacamata harus dipakai terus-menerus supaya minus mata tidak
bertambah.
Fakta: Mitos ini sama sekali tidak benar. Seorang dengan gangguan rabun jauh
akan kesulitan melihat tanpa kacamata. Itulah sebabnya kacamata harus dipakai.
Tapi tentu saja tidak di setiap kesempatan kacamata harus dipakai terus.
Bertambahnya minus disebabkan jarak retina ke lensa makin panjang seiring
bertambahnya usia dan bukan karena dipakai/tidaknya kacamata.
Ada juga anggapan kacamata jangan terus-terusan dipakai karena malah akan
menambah minus. Ini juga tak masuk logika. Sama dengan anggapan kalau
kacamata harus selalu dipakai agar kelainan refraksi tak tambah parah.
Perkembangan ukuran bola mata sama seperti perkembangan tubuh manusia.
Ukuran bola mata bayi akan lebih kecil ketimbang ukuran bola mata orang
dewasa. Hal ini berarti dari masa bayi hingga masa dewasa sebetulnya terjadi
perkembangan pada ukuran/dimensi bola mata. Pada 2 tahun pertama yang
sangat berkembang adalah sistem optik di bagian depan mata (segmen depan),
yaitu sebesar 60 %. Setelah usia 2 tahun segmen depan masih berkembang tapi
sudah tidak begitu pesat.
Segmen belakang akan tumbuh pesat saat usia anak berkisar 4 sampai 15 tahun
yang kemudian menjadi lambat perkembangannya dan berhenti di sekitar usia 18
tahun. Artinya, bagian belakang bola mata di mana retina berada makin lama
makin panjang sesuai dengan pertambahan usia. Jadi kalau pada usia 6 tahun
mata anak sudah mencapai minus dua, itu karena jarak retina ke lensa makin
panjang sehingga minusnya pun akan bertambah besar. Dengan kata lain,
penambahan minus pada usia pertumbuhan bisa dikatakan alamiah.

0 komentar:

Posting Komentar